0-7869-5248-2 pdf download






















Lattice vibrations of materials for lithium rechargeable batteries. VI: Ordered spinels. Mater Sci Eng B, , 41— Electrochemical characteristics of LiNi 0.

Preparation and characterization of sub-micro LiNi 0. Download references. You can also search for this author in PubMed Google Scholar. Correspondence to ChunHua Chen. This article is published under an open access license.

Please check the 'Copyright Information' section either on this page or in the PDF for details of this license and what re-use is permitted. If your intended use exceeds what is permitted by the license or if you are unable to locate the licence and re-use information, please contact the Rights and Permissions team.

Feng, X. Download citation. Received : 22 September Accepted : 23 November Published : 07 June Penentuan jumlah unit contoh yang akan diamati berdasarkan tingkat ketelitian yang diinginkan 5.

Penentuan metode sampling yang akan digunakan 6. Penentuan faktor atau peubah yang akan diukur, beserta cara pengukuran dan alat ukur yang akan digunakan 7. Penentuan metode analisis yang akan digunakan 8. Penentuan personil pelaksana, perencanaan kebutuhan biaya dan penyusunan jadwal pelaksanaan. Teori Pendugaan dan Penerapannya dalam Inventarisasi Hutan Penaksiran atau pendugaan dapat didefinisikan sebagai sampel untuk mengetahui sifat dari populasi.

Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran pengukuran, sedang sampel atau contoh adalah sedang bagian populasi yang secara kebetulan terpilih untuk diukur atau diamati. Proses pemilihan dan penetapan contoh disebut sampling. Sedang perbandingan antara ukuran contoh dan ukuran populasi disebut intensitas sampling. Melalui pengukuran contoh, dapat diketahui ukuran-ukuran yang menyatakan sifat dari contoh.

Ukuran-ukuran ini dikenal dengan nama statistik. Dilain pihak, ukuran-ukuran yang menyatakan sifat populasi secara keseluruhan disebut Parameter. Nilai parameter umumnya tidak diketahui secara pasti kecuali melalui pengukuran populasi secara keseluruhan , tetapi biasanya diduga berdasarkan nilai statistik. Nilai-nilai statistik yang umum digunakan adalah nilai tengah contoh X dan galat baku S x serta nilai proporsi contoh p dan galat bakunya Sp. Mekanisme pendugaan secara skhematis dapat dilihat pada Gambar 3.

Statistik X pada Gambar 3. Skhema Mekanisme Penaksiran Dalam kaitan dengan pendugaan, selain dipersyaratkan bahwa penduga parameter haruslah merupakan penduga tak bias, juga perlu diupayakan penduga yang paling efisien diantara sejumlah penduga tak bias yang mungkin dapat diperoleh.

Secara skhematis, penduga tak bias dan penduga paling efisien diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3. Penduga tak bias dan penduga paling efisien. Penduga tidak memiliki suatu nilai yang pasti dan akan berubah-ubah tergantung pada contoh yang diamati.

Selanjutnya, berdasarkan rumus 3. Sebaran peluang t- student ini sangat dipengaruhi oleh jumlah unit contoh n yang diamati, dan dituliskan seperti yang tertera pada Persamaan 3.

Melalui pengukuran pada 10 buah petak ukur masing-masing dengan luas 0,1 Ha, pada suatu areal hutan yang luasnya Ha, diperoleh data volume pohon dalam setiap petak ukur sebagai berikut : No. Jika kita melakukan pada 10 unit contoh yang lain maka kita akan mendapatkan nilai-nilai yang berbeda. Sehubungan dengan itu, maka kita tidak dapat menyatakan bahwa volume rata-rata per Ha untuk seluruh tegakan adalah sama dengan 36,8 m3. Namun dengan mengacu pada teori penaksiran yang telah dipaparkan di atas maka dapat dikatakan bahwa pada tingkat kepercayaan tertentu volume rata-rata per Ha untuk keseluruhan tegakan akan berada di sekitar nilai 36,8 m3.

Dengan menggunakan Rumus 3. Proporsi potensi jenis komersil dalam suatu hutan baik jumlah pohon maupun volume , 2. Proporsi atau prosebtase benih yang berkecambah dalam suatu upaya pembibitan.

Proporsi atau prosentase jumlah tanaman yang mati pada suatu kegiatatan reboasasi, 4. Proporsi masyarakat di sekitar hutan yang memiliki sifat tertentu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kesadaran untuk mendukung program, dan lain-lain dalam penelitian sosial-ekonomi kehutanan.

Secara skhematis penaksiran proporsi diperlihatkan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut diperlihatkan suatu populasi yang berukuran N, dimana X anggotanya memiliki sifat khusus sifat tertentu. Dari populasi ini, sebanyak n anggotanya dipilih dan diamati sebagai contoh atau pewakil, dimana x diantaranya memiliki sifat khusus atau sifat tertentu. Parameter termaksud hanya dapat diduga atau ditaksir berdasarkan nilai statistik, p.

Sebaran binomium ini dapat dikonversi menjadi sebaran normal baku, Z dengan menggunakan Rumus 3. Dengan mensubsitusi nilai Z pada Rumus 3.

Pengantar Metode-Metode Sampling Sebelum membahas lebih jauh tentang penerapan metode sampling dalam Inventarisasi Hutan, maka akan bermanfaat jika terlebih dahulu diulas secara sepintas tentang sejumlah metode sampling yang umum digunakan. Sampling tanpa pemulihan, yaitu sampling dimana setiap anggota populasi hanya mempunyai kemungkinan satu kali untuk terpilih sebagai contoh.

Sampling dengan pemulihan, yaitu sampling dimana setiap anggota populasi dapat terpilih lebih dari satu kali. Melalui pemulihan, maka suatu populasi terhingga dapat dipandang sebagai populasi tak terhingga. Dalam kaitan dengan sampling ini pula, populasi tidak terhingga diberi suatu pengertian atau batasan yang bersifat relatif.

Untuk populasi terhingga, rumus yang digunakan dalam penaksiran nilai kesalahan pengambilan contoh sampling error , e adalah seperti yang tertera pada Rumus 3. Sampling Acak Random Sampling , yaitu sampling dimana semua anggota populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai contoh. Hal ini juga bermakna bahwa bila populasi terdiri dari sejumlah kelompok maka kelompok yang jumlah anggotanya lebih besar akan mempunyai jumlah pewakil yang lebih besar pula.

Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, unit-unit pengamatan dalam random sampling ini dipilih dengan cara undian atau menggunakan Tabel Bilangan Acak. Random sampling inilah yang merupakan dasar dari semua metode sampling yang ada.

Sampling Pertimbangan Purposive Sampling , yaitu sampling yang dilakukan berdasarkan pertimbangan subjektivitas dari pelaksananya. Secara statistika, tingkat ketelitian dari sampling pertimbangan ini sulit diukur, namun kadang-kadang digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya pada pengumpulan informasi yang bersifat umum.

Sampling Acak random sampling , yaitu sampling yang unit-unit pengamatannya menyebar secara tidak teratur, baik dilihat dari nomor urut penetapannya, maupun penyebaran unit contohnya di lapangan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari cara pemilihan contoh, baik melalui pengundian maupun melalui penggunaan Tabel Bilangan Acak seperti telah disinggung di atas.

Sampling Sederhana simple sampling , yaitu sampling yang tidak didahului oleh perlakuan pengelompokan. Sampling ini biasanya dilakukan pada populasi-populasi yang dianggap relatif homogen. Sampling Stratifikasi atau Sampling Berlapis Stratified Sampling , yaitu sampling yang didahului oleh pengelompokan populasi ke dalam sub- sub populasi.

Sampling ini dilakukan pada populasi yang heterogen. Selain metode sampling yang disebutkan di atas, masih terdapat sejumlah metode sampling lain, dimana dua diantaranya yang kadang- kadang digunakan dalam inventarisasi hutan adalah Sampling Berganda dan Sampling Gerombol. Penggunaan sampling ini biasanya dilakukan untuk tujuan efisiensi melalui pemanfaatan sarana-sarana atau informasi pendahuluan yang sudah ada.

Sampling berganda Double Sampling , yaitu sampling yang dilakukan melalui dua tahapan. Pada tahapan pertama umumnya diamati peubah-peubah yang lebih mudah diukur dengan jumlah unit pengamatan yang relatif besar. Misalkan yang diukur adalah peubah X dengan jumlah unit pengamatan n. Pada tahapan kedua dipilih m buah unit pengamatan, yang merupakan bagian dari n unit pengamatan pertama, untuk pengamatan peubah Y dimana peubah Y inilah yang sebenarnya merupakan sasaran akhir pengamatan.

Dengan memanfaatkan hubungan antara Y dan X pada m unit pengamatan, maka nilai Y untuk keseluruhan n unit pengamatan dan selanjutnya untuk keseluruhan populasi dapat ditaksir. Dengan demikian unit-unit contoh atau unit pengamatan akan tampak bergerombol dalam beberapa kelompok, yaitu pada bagian populasi yang kelompoknya terpilih.

Mudah dipahami bahwa statistik yang diperoleh kemungkinan tidak merupakan penduga terbaik bagi parameter populasi, yang dalam hal ini potensi desa-desa se-Sulawesi Selatan. Namun, dari segi kepraktisan dan efisiensi, metode ini sangat praktis dan sangat efisien oleh karena pelaksana hanya mendatangi enam kecamatan yang terdapat di dalam dua wilayah kabupaten. Apa yang dimaksud dengan populasi. Jelaskan dan beri contoh, khususnya yang berkaitan dengan hutan dan kehutanan. Apa pula yang dimaksud dengan parameter dan statistik.

Jelaskan pengertian penaksiran dan mengapa penaksiran dilakukan. Apa yang dimaksud dengan penduga tak bias. Apa pula yang dimaksud dengan penduga paling efisien. Suatu tegakan mempunyai luas 5. Berapakah ukuran dari populasi tersebut. Bila suatu tegakan memiliki lebar searah garis kontur 10 km, ingin diinventarusasi melalui pengukuran jalur-jalur ukur selebar 20 m, berapakah ukuran dari populasi tersebut. Hasil pengamatan terhadap 15 petak ukur yang luasnya masing-masing sebesar 0,04 Ha diketahui bahwa volume rata-rata tegakan adalah 48,6 m3 dengan simpangan baku sebesar 7,29 m3 per petak ukur.

Hitunglah nilai taksiran volume rata-rata tegakan per Ha, dan nilai taksiran volume total tegakan yang bersangkutan jika diketahui bahwa luas hutan adalah Seorang mahasiswa mengadakan penelitian mengenai perkecambahan benih Sengon yang dibeli dari masyarakat.

Jika melalui penelitian tersebut diketahui bahwa dari benih yang dikecambahkan hanya benih diantaranya yang berkecambah. Berapakah taksiran persentase perkecambahan benih sengon 9. Seorang mahasiswa yang sama juga mengencambahkan benih yang disalurkan oleh Balai Sertifikasi Benih dan ternyata bahwa dari benih yang dikecambahkan diantaranya yang dapat berkecambah. Berapakah taksiran persentase perkecambahan benih sengon yang dijual oleh Balai Sertifikasi Benih termaksud. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sampling Paling tidak terdapat empat alasan kenapa sampling diperlukan.

Sebutkan dan jelaskan secara singkat alasan-alasan termaksud. Dalam pelaksanaan sampling terdapat tiga prinsip yang harus diperhati- kan. Jelaskan secara singkat prinsip-prinsip yang dimaksud. Jelaskan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam suatu peren- canaan sampling. Ketelitian sampling antara lain dipengaruhi oleh dua faktor utama.

Sebutkan kedua faktor yang dimaksudkan dan jelaskan secara singkat tentang pengaruh dari masing-masing faktor yang bersangkutan. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan : a. Sampling acak d. Sampling sederhana f. Sampling berganda b. Sampling sistimatik e. Sampling stratifikasi g. Sampling gerombol c.

Menjelaskan batasan populasi dan contoh dalam inventarisasi hutan 2. Menjelaskan alasan-alasan dilakukannya sampling 3. Menjelaskan perencanaan sampling dalam inventarisasi hutan 4.

Menjelaskan teori pendugaan dengan contoh-contoh penerapannya dalam inventarisasi hutan 5. Menjelaskan perbedaan prinsip antara metode-metode sampling yang umum digunakan. PENUTUP Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembelajar dan mahasiswa untuk melakukan penelusuran berbagai sumber belajar, yang terkait dengan inventarisasi hutan, khususnya yang terkait dengan teknik sampling atau teknik pengambilan contoh, baik dalam bentuk Buku teks, Dokumen-dokumen atau Laporan hasil penelitian, Internet ataupun sumber-sumber lain.

Pada pemilihan contoh acak, semua anggota populasi atau lebih tepatnya semua himpunan bagian dari populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai pewakil populasi yang akan diamati untuk mendasari pendugaan sifat- sifat dari populasi yang menjadi obyek pengamatan.

Pemilihan contoh acak juga merupakan dasar dari semua metode sampling yang ada. Sehubungan dengan itu, pemahaman tentang sampling acak ini akan lebih memudahkan seseorang untuk memahami metode sampling yang lain. Modul ini berisi pembahasan tentang prinsip kerja dan prosedur pelaksanaan sampling acak.

Ruang Lingkup Isi Isi dari modul ini secara garis besar meliputi antara lain hal-hal sebagai berikut : 1 Prosedur pemilihan satuan contoh, 2 Analisis data, dan 3 Penentuan jumlah satuan contoh, dalam sampling acak. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki kompetensi yang diindikasikan oleh kemampuan merancang, melaksanakan dan menganalisis data hasil sampling acak. Pemilihan Contoh Acak M4.

Prosedur Pemilihan Satuan Contoh Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa pemilihan contoh acak random sampling dilakukan dengan cara pengundian atau dengan menggunakan bantuan Tabel Bilangan Acak. Misalkan, jika ditetapkan bahwa satuan pengukuran yang akan digunakan adalah petak, dan ingin dipilih n buah petak contoh dari N buah petak keseluruhan anggota populasi maka pemilihan petak-petak contoh dengan menggunakan Tabel Bilangan Acak dengan tahapan prosedur sebagai berikut : 1.

Pemberian nomor bagi semua anggota populasi mulai 1 sampai N 2. Penyiapan tabel atau daftar bilangan acak 3. Pemilihan penunjukan salah satu angka yang terdapat pada tabel bilangan acak dengan mata tertutup dan menggunakan pensil runcing 4.

Angka-angka yang terpilih adalah angka yang tertunjuk oleh pensil dan semua jajaran angka yang berada di sebelah kanannya. Contoh : angka yang terpilih adalah; , dst. Angka-angka dikelompokkan berdasarkan jumlah digit nomor anggota populasi terbesar.

Misalkan nomor anggota yang terbesar adalah , seperti yang tertera pada Gambar 4. Skhema penyebaran petak-petak Contoh Acak, yang ditetap- kan melalui pemilihan nomor petak secara langsung Jika anggota populasi N cukup besar, maka pemilihan nomor-nomor petak yang akan diamati memerlukan jajaran angka yang cukup panjang. Untuk mengatasi hal ini, maka pemilihan petak contoh dilakukan dengan dua tahap, yaitu masing-masing satu kali untuk pemilihan nomor absis dan satu kali untuk pemilihan nomor ordinat lihat Gambar 4.

Misalkan untuk pemilihan nomor absis diperoleh angka acak sebagai berikut : , dan seterusnya. Sedangkan untuk pemilihan nomor ordinat diperoleh angka-angka acak sebagai berikut : , dan seterusnya. Tabel 4. Di lain pihak, angka-angka acak untuk pemilihan nomor ordinat secara langsung dapat digunakan satu digit oleh karena nomor terbesar dari ordinat terdiri dari satu digit, yaitu 8. Dengan demikian, angka-angka acak yang terpilih dapat dikonversi menjadi nomor-nomor petak contoh, seperti yang terdapat pada Tabel 5.

Skhema penyebaran petak-petak Contoh Acak, yang ditetapkan melalui pemilihan absis dan ordinat petak Uraian di atas menunjukkan bahwa untuk penerapan sampling khususnya dalam inventarisasi hutan, diperlukan suatu peta kerja yang menggambarkan areal hutan yang akan diinventarisasi.

Secara teoritis peta ini harus dibagi ke dalam petak-petak yang luasnya sama dengan satuan petak contoh yang akan diamati. Untuk areal hutan yang tidak terlalu luas hal ini dapat dilakukan, namun untuk areal hutan yang luas, hal ini sulit dilakukan.

Sebagai contoh, jika luas hutan yang akan diinventarisasi adalah Pembuatan Dengan pertimbangan kepraktisan maka penomoran dan pemilihan petak untuk areal hutan yang cukup luas tidak langsung pada petak-petak seluas petak ukur, tetapi penomoran dan pemilihan dapat dilakukan pada petak dengan luas yang lebih besar.

Namun, pengukuran tetap dilakukan pada petak yang luasnya sama dengan petak ukur yang direncanakan semula dan merupakan bagian dari petak yang terpilih. Selain berbentuk petak, satuan contoh dapat juga berbentuk jalur.

Pemilihan satuan contoh yang berbentuk jalur relatif lebih muda karena biasanya jumlah satuan contoh yang dipilih jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah satuan petak contoh.

Seperti halnya pada pemilihan satuan petak contoh, pemilihan satuan jalur contoh ini didahului dengan pembagian populasi areal yang akan diinventarisasi ke dalam satuan-satuan yang sama dengan satuan pengukuran, yaitu jalur selebar 20 meter.

Tahapan selanjutnya adalah penomoran setiap satuan atau anggota populasi mulai dari nomor 1 sampai dengan N, dimana untuk contoh yang diperlihatkan pada Gamabr 4. Selanjutnya dilakukan pemilihan nomor-nomor satuan atau anggota populasi yang akan menjadi contoh untuk diamati sampai jumlahnya sesuai dengan intensitas sampling yang dikehendaki.

Jika Gambar 4. Misalkan angka acak yang terpilih adalah : , maka angka ini dikelompokkan menjadi angka-angka yang terdiri dari 2 digit, karena nomor terbesar dari satuan populasi, yaitu 36 terdiri dari 2 digit.

Dengan demikian diperoleh angka-angka 58, 99, 18, 06, dan seterusnya. Hal ini berarti jalur yang akan terpilih sebagai contoh untuk diamati adalah jalur-jalur nomor : 22, 27, 18, dan Skhema penyebaran jalur-jalur contoh Acak B.

Analisis Data Setelah unit-unit contoh terpilih diplotkan atau diproyeksikan di atas peta kerja, maka pelaksana surveyors ata cruisers berangkat ke lapangan untuk melaksanakan pengukuran. Jika satuan pengamatan adalah pohon, maka analisis diarahkan pada pehitungan volume rata-rata per pohon, beserta jumlah volume semua pohon. Namun, secara umum inventarisasi hutan lebih banyak diarahkan pada perhitungan : 1.

Volume rata-rata tegakan per petak ukur, 2. Volume rata-rata tegakan per satuan luas dalam hal ini per Ha , dan 3. Volume total tegakan. Berkaitan dengan tujuan termaksud di atas, maka hasil pengukuran pada setiap unit pengamatan biasanya disajikan dalam bentuk volume rata- rata per satuan pengukuran, yang juga dilengkapi dengan ukuran keragamannya, yaitu S2 ragam atau S simpangan baku.

Rekapitulasi hasil perhitungan volume tegakan yang diperoleh melalui pengukuran 15 satuan pengamatan masing-masing seluas 0,1 Ha adalah sebagai berikut : No. S v 0, v 5,36 Teladan 4. Berapa banyak satuan contoh dalam bentuk jalur yang harus diamati, jika jalur-jalur contoh yang dimaksudkan mempunyai lebar 20 meter.

Catatan tambahan untuk diingat : arah jalur-jalur dalam inventarisasi hutan biasanya diupayakan tegak lurus pada arah garis kontur yang dominan. Teladan 4. Jalur 1 2 3 4 5 Panjang Jalur km 2,1 2,0 1,7 1,9 1,8 Volume m3 ,72 ,60 ,52 ,76 ,44 Penyelesaian : Untuk mengetahui volume rata-rata per Ha maka terlebih dahulu perlu dihitung luas setiap jalur panjang jalur x lebar jalur.

Semakin kecil selisih antara nilai taksiran maksimum dan nilai taksiran minimum, berarti semakin teliti pendugaan. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh nilai prosentase galat pada butir 6. Semakin kecil nilai ini semakin teliti pula nilai dugaan yang diperoleh. Nilai galat yang lebih kecil termaksud dapat diperoleh dengan memperbesar jumlah contoh yang diamati. Penentuan Jumlah Satuan Contoh Ketelitian pendugaan pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan jalan memperbanyak jumlah contoh.

Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa jumlah contoh yang harus diamati dapat ditentukan berdasarkan tingkat ketelitian yang diinginkan. Jika pengamatan pada Teladan 4. Penyelesaian : Dari teladan 4. Jelaskan secara singkat tentang prosedur pemilihan satuan pengamatan dalam sampling acak. Rekapitulasi hasil perhitungan volume tegakan yang diperoleh melalui pengukuran 12 satuan pengamatan masing-masing seluas 0,1 Ha adalah sebagai berikut : No.

Petak Ukur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Volume Pohon per Petak Ukur m3 6,8 5,1 7,7 8,5 2,5 5,8 9,2 3,5 6,7 4,2 7,6 6,5 a. Rekapitulasi hasil pengukuran dan perhitungan volume adalah sebagai berikut : No. Jalur 1 2 3 4 5 Panjang Jalur km 4,2 5,0 3,4 2,8 2,3 Volume m3 ,04 ,40 ,06 95,48 60,72 a. Gambar di bawah ini menunjukkan penyebaran potensi suatu kawasan hutan hipotetis.

Angka-angka di dalam setiap kotak menunjukkan volume m3 per Ha dari bagian hutan yang bersangkutan. Hitunglah volume rata-rata tegakan berdasarkan contoh yang terpilih c. Hitunglah volume rata-rata dan volume total tegakan dengan menggunakan semua angka yang terdapat pada Gambar dan bandingkan dengan nilai yang diperoleh pada butir c di atas. Jelaskan hasil perbandingan tersebut. PENUTUP Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembelajar dan mahasiswa untuk melakukan penelusuran berbagai sumber belajar, yang terkait dengan inventarisasi hutan, khususnya yang terkait sampling acak, baik dalam bentuk Buku teks, Dokumen-dokumen atau Laporan hasil penelitian, Internet ataupun sumber-sumber lain.

Latar Belakang Pemilihan contoh sistematik Systematik Sampling adalah pemilihan contoh dengan penyebaran unit-unit contoh yang berpola teratur atau sistematik. Pada sampling sistematik ini, semua anggota populasi atau lebih tepatnya semua himpunan bagian dari populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai contoh pewakil populasi yang diamati untuk mendasari pendugaan sifat-sifat populasi.

Hal ini terjadi oleh karena hanya unit contoh pertama yang dipilih secara acak Systematic Sampling with Random Start , sedang pemilihan unit contoh kedua dan seterusnya ditentukan pada interval tertentu dari unit contoh sebelumnya. Penyebaran unit contoh yang berpola sistematik menyebabkan sampling sistematik, secara umum, lebih praktis dilaksanakan di lapangan. Modul ini berisi pembahasan tentang prinsip kerja dan prosedur pelaksanaan sampling sistematik.

Ruang Lingkup Isi Isi dari modul ini secara garis besar meliputi antara lain hal-hal sebagai berikut : 1 Prosedur pemilihan satuan contoh, 2 Analisis data, dan 3 Penentuan jumlah satuan contoh, dalam sampling sistematik. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki kompetensi yang diindikasikan oleh kemampuan merancang, melaksanakan dan menganalisis data hasil sampling sistematik.

Pemilihan Contoh Sistematik M4. Akibatnya satuan-satuan contoh yang terpilih mempunyai jarak atau interval yang beragam, maksudnya jarak antara contoh pertama dengan contoh kedua sama dengan jarak antara contoh kedua dengan contoh ketiga, dan demikian pula halnya untuk satuan-satuan contoh selanjutnya. Sampling sistematik ini cukup praktis, namun dapat menghasilkan pendugaan yang bias, khususnya pada populasi-populasi yang memiliki pola penyebaran yang sistematis. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi terjadinya hal termaksud adalah dengan melakukan pemilihan contoh pertama secara acak, sedang contoh-conoth selanjutnya ditentukan dengan jarak tertentu dari contoh yang terpilih sebelumnya.

Secara ringkas prosedur pemilihan satuan contoh sistemtik adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi batasan dan ukuran atau jumlah anggota populasi 2. Penentuan ukuran contoh intensitas sampling yang akan digunakan. Nilai k juga menyatakan jumlah anggota populasi yang diwakili oleh setiap satuan contoh.

Pemilihan contoh yang pertama, yang dapat dilakukan secara acak, tetapi dapat pula dilakukan secara purposif. Sampling sistematik yang contoh pertamanya dipilih secara acak disebut systematic sampling with random start, sedang sampling sistematik yang pemilihan contoh pertamanya dilakukan secara purposif dinamakan systematic sampling with purposive start.

Sign in to get custom notifications of new products! Recent History. Product Information. Copy Link Tweet This. Original electronic Scanned image These products were created by scanning an original printed edition. Most older books are in scanned image format because original digital layout files never existed or were no longer available from the publisher.

The result of this OCR process is placed invisibly behind the picture of each scanned page, to allow for text searching. However, any text in a given book set on a graphical background or in handwritten fonts would most likely not be picked up by the OCR software, and is therefore not searchable. Also, a few larger books may be resampled to fit into the system, and may not have this searchable text background.

For printed books, we have performed high-resolution scans of an original hardcopy of the book. We essentially digitally re-master the book. Unfortunately, the resulting quality of these books is not as high.

It's the problem of making a copy of a copy. We mark clearly which print titles come from scanned image books so that you can make an informed purchase decision about the quality of what you will receive.

Original electronic format These ebooks were created from the original electronic layout files, and therefore are fully text searchable. Also, their file size tends to be smaller than scanned image books. Most newer books are in the original electronic format. Both download and print editions of such books should be high quality.

Here is a sample of a page from a watermarked title:. File Last Updated:. This title was added to our catalog on December 16, Publisher Average Rating. To define the airfoil shape of the IGV airfoil, a unique set or loci of points in space are provided.

This unique set or loci of points meet the stage requirements so the IGV can be manufactured. This unique loci of points also meets the desired requirements for stage efficiency and reduced thermal and mechanical stresses. The loci of points are arrived at by iteration between aerodynamic and mechanical loadings enabling the compressor to run in an efficient, safe and smooth manner.

The loci, as embodied by the invention, defines the IGV airfoil profile and can comprise a set of points relative to the axis of rotation of the engine. For example, a set of points can be provided to define an IGV airfoil profile.

Furthermore, the vane airfoil profile, as embodied by the invention, can comprise an IGV of a compressor. The coordinate values for the X, Y and Z coordinates are set forth in inches, although other units of dimensions may be used when the values are appropriately converted. These values exclude fillet regions of the platform. The Cartesian coordinate system has orthogonally-related X, Y and Z axes.

The X axis lies parallel to the compressor rotor centerline, such as the rotary axis. A positive X coordinate value is axial toward the aft, for example the exhaust end of the compressor. A positive Y coordinate value directed aft extends tangentially in the direction of rotation of the rotor. A positive Z coordinate value is directed radially outward toward the static casing of the compressor.

There are typical manufacturing tolerances as well as coatings, which should be accounted for in the actual profile of an IGV. Accordingly, the values for the profile given are for a nominal IGV airfoil. The IGV airfoil design, as embodied by the invention, is robust to this range of variation without impairment of mechanical and aerodynamic functions.

In the exemplary embodiments, as embodied by the invention, for example an IGV for a compressor, there are many airfoils, which are un-cooled. For reference purposes only, there is established point-0 passing through the intersection of an IGV and the platform along the stacking axis.

Moreover, the IGV, as embodied by the invention, defines a spouting angle into the first compressor rotor stage. This spouting angle defined by the IGV, as embodied by the invention, is an important factor to providing that a compressor meets flow requirements, and proportional output requirements at base load.

It will also be appreciated that the exemplary IGV airfoil s disclosed in the above TABLE A may be scaled up or down geometrically for use in other similar compressor designs. This compressor is merely illustrative of the intended applications for the airfoil, as embodied by the invention. An IGV airfoil can impart kinetic energy to the airflow and therefore bring about a desired flow across the compressor.

The IGV airfoils turn the fluid flow, slow the fluid flow velocity in the respective airfoil frame of reference , and yield a rise in the static pressure of the fluid flow. The configuration of the IGV airfoil along with its interaction with surrounding airfoils , as embodied by the invention, including its peripheral surface provides for stage airflow efficiency, enhanced aeromechanics, smooth laminar flow from stage to stage, reduced thermal stresses, enhanced interrelation of the stages to effectively pass the airflow from stage to stage, and reduced mechanical stresses, among other desirable aspects of the invention.

The configuration of an IGV airfoil and any interaction with surrounding airfoils, as embodied by the invention, that provide the desirable aspects fluid flow dynamics and laminar flow of the invention can be determined by various means.

Fluid flow from an IGV airfoil, as embodied by the invention, and via the configuration of the instant airfoil, flow over and around subsequent airfoils, as embodied by the invention, is enhanced. In particular, the fluid dynamics and laminar flow from an IGV airfoil, as embodied by the invention, is enhanced. There is a smooth transition fluid flow to any subsequent or downstream airfoils.

Therefore, the configuration of the IGV airfoil, as embodied by the invention, assists in the prevention of turbulent fluid flow in the unit comprising the airfoil, as embodied by the invention.



0コメント

  • 1000 / 1000